SEPUTAR KLUB FUTSAL INDONESIA - SUPPORTING MEDIA

Tuesday, 27 August 2013

Kematian Mendadak Mengintai Pemain Futsal, Hati-hati!

Masih ingat dengan kasus kematian pemain sepak bola Skou Camara? Pria asal Kamerun yang bermain untuk Pelita Bandung Raya itu meninggal dunia akibat serangan jantung mendadak saat latihan. Hati-hati itu bisa terjadi di dunia futsal.
 
Kasus-kasus seperti itu bukanlah yang pertama terjadi. Atlet-atlet terlatih yang selalu menjaga pola makan dan olah raga teratur pun tak luput dari serangan jantung. Banyak yang kemudian bertanya-tanya penyebab terjadinya kasus ini, bahkan ada beberapa yang akhirnya menjadi khawatir untuk berolahraga setelah sering mendengar berita-berita tersebut.

Kematian mendadak karena berolahraga mayoritas disebabkan oleh masalah jantung (sudden cardiac death), namun mekanisme terjadinya kasus tersebut dapat dilihat berdasar usia dan populasi. Pada olahragawan berusia muda (< 35 tahun), kasus kematian mendadak biasanya berkaitan dengan penyakit jantung bawaan yang disebut Hypertropic Cardiomyopathy (HCM).

HCM adalah kelainan genetik dimana terjadi penebalan dinding jantung. HCM akan menyebabkan gangguan fungsi dan kelistrikan jantung. Penyakit ini seringkali tidak bergejala sehingga populasi atlet disarankan untuk melakukan pemeriksaan screening jantung.

Penelitian yang dilakukan pada atlet pelajar di Amerika Serikat yang bertanding dalam National Collegiate Athletic Association (NCAA) selama 5 musim menunjukkan terjadi 273 kematian dari total 1.969.663 atlet. Meskipun angka kejadian kematian pada populasi ini dinilai kecil (1 kematian : 43.770 atlet) namun sesuai dengan pernyataan dari Komisi Medis Komite Olimpiade Internasional (IOC) bahwa 1 kematian mendadak saat berolahraga ibarat sebuah musibah besar yang tidak boleh dianggap remeh, sehingga upaya-upaya pencegahan harus dilakukan.

Berbeda dengan atlet, kematian mendadak yang terjadi pada populasi non atlet atau orang-orang yang berusia > 35 tahun, biasanya terjadi karena adanya sumbatan lemak/plak yang disebut atherosclerosis. Usia, pola makan yang buruk, kebiasaan merokok, obesitas, hipertensi dan gaya hidup membuat timbunan plak di pembuluh darah akan bertambah.

Ketika berolahraga, kebutuhan tubuh akan oksigen meningkat. Adanya plak terutama di pembuluh darah jantung akan mempersempit diameter sehingga aliran darah menjadi kurang lancar dan pasokan oksigen berkurang. Hal itu yang akan memicu nyeri dada kiri yang kadang menjalar ke leher dan lengan atau biasa disebut angina. Bila timbunan plak tersebut rapuh atau tidak stabil, maka plak tersebut akan pecah kemudian menyumbat pembuluh darah yang lebih kecil sehingga bisa terjadi serangan stroke sampai kematian.

Perbedaan penyebab ini yang kemudian bisa kita lihat bahwa kasus sudden cardiac death yang disebabkan HCM biasanya terjadi pada atlet berusia muda dengan tubuh masih terlatih, sementara yang disebabkan oleh atherosclerosis umumnya terjadi pada usia pertengahan, tidak memiliki latihan yang terprogram (rekreasional) dan memiliki faktor risiko seperti kolesterol tinggi, gula darah tinggi, obesitas, kebiasaan merokok dll.

Berdasar tipe olahraga, sudden cardiac death paling sering terjadi pada olahraga aerobik tipe III, yaitu tipe olahraga yang membutuhkan keterampilan bermain dengan gerakan dan intensitas tidak teratur sesuai irama permainan. Contoh aerobik tipe III adalah futsal, sepakbola, basket atau bulu tangkis.
 
Risiko sudden cardiac death dapat diminimalisir dengan melakukan pemeriksaan rekam jantung istirahat (EKG resting) maupun rekam jantung dengan pembebanan (EKG stress test) untuk melihat fungsi jantung dan mendeteksi abnormalitas. Selain itu medical check up rutin juga perlu dilakukan untuk melihat faktor-faktor risiko lain yang berkaitan dengan kasus ini.
dr. Muhammad Ikhwan Zein, Sp.KO Dokter kontingen Indonesia untuk multievent Internasional 2013
spiritfutsalacademy, spiritfutsal.com, klubfutsal, dionisius, daviddaniel
Comments
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...