Kalau kita nonton saat pertandingan timnas di AFF kemarin kita bisa melihat hal yang signifikan berbeda dari timnas timnas lainnya. Kalau kita jeli, kita akan sadar bahwa stamina timnas Indonesia U-19 berada di atas lawan. Yang terbaru, lihat saja bagaimana anak-anak Laos dan Filipina sudah ngos-ngosan dan kram sana-sini walau babak pertama baru berjalan separuh waktu.
Apa sebab? Rahasianya adalah penerapan dari sport science untuk mengoptimalkan kemampuan 'VO2 Max' timnas U-19. Pelatih Indra Sjafri dan ofisial lainnya berusaha keras yang satu ini demi meningkatkan stamina saat berlaga. Otomatis saat stamina meningkat, daya jelajah, daya gempur, dan intelejensia pemain juga akan maksimal sepanjang 2×45 menit.
Tim medis dan fisioterapis berkontribusi besar dalam kemajuan kualitas fisik para pemain karena mereka selalu memeriksa keadaan pemain sebelum dan sesudah latihan dan bertanding, asupan gizi, dan jenis latihan yang disajikan. Kabarnya juga para pemain rajin melakukan krioterapi (terapi menggunakan air sangat dingin) demi mengoptimalkan stamina. Hasilnya latihan pun nyata, Pelatih Indra Sjafri mengklaim bahwa rata-rata VO2Max anak asuhnya meningkat signifikan.
Bahkan Evan Dimas mencapai angka VO2Max 59. Untuk diketahui, angka VO2Max rata-rata pemain lokal Indonesia hanya sekitar 50, sementara pemain Eropa 60. Di realitas pertandingan tidak usah ditanya. Peningkatannya jelas bukan? Bukan hanya daya jelajah anak anak timnas Indonesia U-19 yang seakan gak capek capek untuk kejar bola, namun juga mereka menjadi lebih cerdas untuk melakukan positioning.
Baca juga : Kondisi Buruk V02Max Pemain Persebaya
Yang paling penting adalah efeknya terhadap mental dan ketenangan. Stamina yang baik (alias tidak kelelahan) menjamin rasa tenang saat berpikir dan mengambil keputusan. Itulah mengapa anak-anak Timnas Indonesia U-19 tetap cool dan tidak panik saat memastikan kemenangan lewat adu penalti dengan Vietnam di Piala AFF-2013 lalu. Bravo!
www.spiritfutsal.com
.
